Cari Blog Ini

Kamis, 29 Desember 2016

Kekekalan Energi


Kekekalan Energi
Oleh: Pety Rahmalina
.
Karena kamu tuh seperti energi. Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi hanya bisa diubah menjadi bentuk energi yang lainnya.
.
Begitu juga kamu. Kamu adalah energi yang tak kuciptakan dan tak bisa kumusnahkan. Kamu itu sesuatu yang terubah oleh waktu menjadi sebuah unsur atau senyawa sejenis kenangan. Anggap saja kamu dulu seperti unsur Oksigen yang berikatan dengan Hidrogen dalam Air (H2O) yang merupakan molekul berharga dalam kehidupanku. Tapi mungkin kemudian kamu menjadi unsur Oksigen yang berikatan dengan Karbon membentuk senyawa (CO2) atau bahkan CO dan justru menjadi racun dalam diriku bila tidak kunjung melepasmu.
.
Aku tak bisa memaksa untuk tetap mempertahankanmu, tapi akupun tak bisa memusnahkanmu dari segala hal. Karena sudah kukatakan bahwa kau adalah salah satu bentuk energi milikNya. Jadi aku hanya akan melepaskanmu dan bagian dari dirimu akan menjadi sebuah kenangan--tidak musnah. Tapi menjadi sesuatu yang berbeda saja.
.
Hei, kau jangan menyesal pada sang waktu yang telah mengubahmu menjadi bentuk energi yang lain. Bisakah kau mengerti, jika kau tak bisa menjadi energi untukku lagi. Bukankah kau masih bisa menjadi energi untuk sesuatu ataupun seseorang yang lain? Mungkin saja kau akan lebih bisa melengkapinya dan begitu pun sebaliknya. Jadi, lepaskanlah segala jenis energi ikatanmu untuk tetap bertahan. Ubahlah saja pada energi pelepasan untukku--menjadi energi ikatan untuknya. Kau tak perlu menghabiskan energimu dengan reaksi pembakaran yang akan menghanguskan dan mengubah dirimu menjadi sesuatu yang berlainan lagi. Tak perlulah O2 membakar-- dan menyebar benci-benci yang lainnya, kepadaku, kepadamu, kepada waktu, ataupun kepada yang lainnya.
.
#Writing #Materi #Kimia #Fisika #AnakIPA #BanyolanIPA #PetyRahmalina #sman1panggang #FisikaAsyik #KimiaAsyik #Quotespelajar #Sains #IPA
#Yogyakarta #29Desember2016

Antara Ja(t)uh, Rindu dan Uranium




Antara Ja(t)uh, Rindu dan Uranium
Oleh: Pety Rahmalina

Sampai saat aku melihat mu lagi, aku ingin mengucapkan beberapa kata dengan lancar di hadapanmu. Tapi aku tidak yakin bisa melakukannya. Kau tahu? Bahkan diri ini saja beku di hadap mu, juga aksara dan kekata lenyap dalam benakku. Kau tahu? Saat diri ja(t)uh pada jarak yang terbentang, rindu itu selalu kutikam. Tak mudah menikam rasa rindu yang selalu hadir menemani ku. Eh, jika suatu saat kita bertemu dan aku berkata bahwa pertemuan akan membunuh rasa rindu. Maka aku akan menyalahkan mu, karena setelah pertemuan itu rindu beramitosis menjadi beberapa kali lipat setiap detiknya. Kau tahu? Rasa rindu itu seperti Uranium dengan reaksi fisi yang terus melepaskan neutron yang tak terhingga. Begitu pun rindu yang berkembang menjadi luapan rasa yang memenuhi ruang dalam hati pada setiap waktunya. 
Hai kamu, kadang aku takut tidak bisa mengendalikan rindu sehingga ia akan meledak dan melukai. Ia memancarkan radiasi rasa yang tak bisa ku kendalikan. Mungkin aku harus membuat reaktor dalam hatiku ya? Seperti Uranium dalam reaktor nuklir yang dikendalikan. Ehm, kurasa aku harus bisa menata setiap rindu. Jangan ragu, aku memang bukan pengendali udara, tanah, air atau pun api. Tapi aku harus bisa mengendalikan hati atas semua rindu yang tertuju padamu. Dalam rangkaian doa yang mengangkasa semoga setiap lipatan doa sampai padamu. Karena hanya doa yang akan sampai ke mana dan pada siapa saja. Entah dalam berapa waktu. Karena nyatanya aku tak tahu ke mana tulisan ini tertuju? Pada kamu yang aku pun tak tahu. 

Kamis, 22 Desember 2016

MAKALAH PERAN VITAL REMAJA DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS



PERAN VITAL REMAJA
DALAM UPAYA  PENCEGAHAN HIV/AIDS

disusun Oleh :
Pety Rahmalina

ABSTRAK
            Masa remaja merupakan masa perubahan menjadi dewasa. Pada masa ini setiap insan manusia masuk dalam ‘Golden Age. Perubahan setiap remaja mampu mempengaruhi kehidupan pribadinya dan juga lingkungan sekitar. Setiap perubahan yang terjadi merupakan simbol bagaimana karakter mereka terbentuk dan nantinya pada masa-masa ini akan lahir generasi penerus bangsa yang beberapa tahun lagi akan melahirkan karya yang luar biasa.
                        Perubahan pada usia-usia remaja sangat diharapkan dapat melahirkan karya yang luar biasa dan bermanfaat untuk manusia. Remaja diharapkan mampu menjadi ‘agent of change’ dalam problematika yang menjadi topik khusus di lingkungan sekitar maupun di tempat lain yang cakupannya luas. Pada era modern kemudahan dalam memperoleh informasi maupun isu terkini harus mampu dipelajari dengan bijak oleh remaja sehingga dia mampu turut serta atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan orang banyak, bangsa dan negara.
                        Pada era modern ini problematika yang sedang menngeluti bangsa Indonesia salah satunya HIV/AIDS. Data statistik Indonesia melaporkan bahwa jumlah penderita HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari 2014 s.d 30 September 2014 adalah 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS. Kasus ini meliputi laki-laki maupun perempuan yang masih berada dalam usia produktif. Secara unum kasus-kasus semacam ini memiliki resiko bertambah setiap tahunnya apabila faktor resiko yang berkaitan dengan HIV/AIDS tidak ada pengurangan.
                        Peran serta dari semua elemen baik itu dari pemerintahan maupun swasta sangat diperlukan sebagai upaya preventif untuk menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS di Indonesia. Selain pemerintah membuat kebijakan dan program terkait untuk HIV dan AIDS, maka masyarakat pun perlu dilatih bagaimana ikut mensukseskan program-program tersebut sesuai dengan keahlian masing-masing. Hal ini pula yang perlu ditekankan pada kelompok usia remaja. Selain sebagai agen perubahan untuk bangsa, para remaja juga memiliki resiko akan terkena masalah tersebut jika pengetahuan dan sikap mereka tidak terdidik dengan benar. Remaja yang mungkin masuk dalam masalah tersebut karena awal yang coba-coba sehingga semakin lama dia berada pada faktor resiko maka peluang untuk terjadinya HIV dan AIDS juga sangat besar.
                        Pada dasarnya, remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa  remaja adalah agen perubahan yang diibaratkan seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang mendalam akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS.  
Hidup seperti tangga dari bawah keatas, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan tua. Masa anak-anak biasanya dari 0-10 tahun, remaja antara 10-19 tahun, dewasa 19 tahun keatas. Masa remaja biasanya dapat disebut sebagai masa purbertas. Pada masa ini banyak sekali perubahan pada remaja. Perubahan yang lebih terjadi pada masa ini yaitu perubahan tubuh atau fisik. Perubahan ini juga terjadi secara psikologis seperti perubahan pikiran, adanya perasaan dengan lawan jenis, keinginan. Namun semua itu wajah dan normal, remaja tidak perlu khawatir melihat ada perbedaan pada dirinya. Tetapi ada pula remaja yang tidak dapat menahan hawa nafsunya, hingga remaja tersebut dapat terjerumus dalam hel-hal yang negatif yang berdampak pada dirinya sendiri atau pun orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada tahun 2000, menunjukkan bahwa orang tua dan guru merupakan sumber informasi utama bagi remaja untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksinya, misalnya haid/menstruasi, kehamilan, penyakit-penyakit seksual.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa kemampuan efektif seseorang untuk menghadapi berbagai tuntunan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan keterampilan untuk hidup sehat merupakan salah satu hal yang dipandang sangat relevan bagi peningkatan kesehatan dan kualitas kesejahteraan remaja.

DAFTAR ISI

·         HALAMAN SAMPUL
·         ABSTRAK
·         DAFTAR ISI
·         BAB 1 PENDAHULUAN
·         BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HIV/AIDS
2.2 CARA PENULARAN
2.3 GEJALA HIV/AIDS
2.4 PERKEMBANGAN HIV
2.5 PENCEGAHAN
2.6 PENANGANAN
2.7 DILEMA REMAJA
2.8 PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN
·         BAB III PENUTUP
·         DAFTAR PUSTA
PERAN VITAL REMAJA
DALAM UPAYA  PENCEGAHAN HIV/AIDS

I.PENDAHULUAN
            AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia akhir-akhir ini. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV (Human Imunnodeficiency Virus) maupun AIDS. HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara, ekonomi, pendidikan maupun kemanusiaan (Djauzi dan Djoerban, 2007).
            Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Pada akhir tahun 1996, kasus HIV/AIDS yang tercatat di Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) pusat berjumlah 501 orang, terdiri dari 119 kasus AIDS dan 382 HIV+ yang dilaporkan dari 19 propinsi (Muninjaya, 1998).
            Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia sampai akhir Desember 2008 sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks (Depkes RI, 2008).
            Menurut KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) (2007b), dari seluruh jumlah kasus di Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada remaja antara 15–29 tahun (37,8% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 62,2% terinfeksi melalui penggunaan narkoba jarum suntik). Hal ini menunjukkan bahwa remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar agar tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.
            Menurut Behrman, Kliegman, Robert dan Jenson (2004), remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal.
            Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas (Nugraha, 2000).
            Rentannya remaja terhadap penyimpangan seksual dan AIDS bersumber dari perubahan fisiologis serta psikologis, berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi mereka. Pada tahap ini, remaja mulai merenggang dari orang tuanya kemudian membentuk kelompok sahabat karib. Dalam tendensi kearah penarikan diri, sangat mungkin terjadi tindakan irasional (Rachmawati, 2000).
            Dari hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2008), sebanyak 63% remaja di Indonesia baik SMP maupun SMA telah melakukan hubungan seksual diluar nikah.
            Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) (2009), banyak remaja yang mati muda karena overdosis dan tersiksa akibat kecanduan narkoba. Bahkan banyak dari mereka yang sudah terinfeksi penyakit mematikan yaitu HIV/AIDS akibat penggunaan narkoba dengan jarum suntik.
            Karakteristik remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka menarik. Jika tidak tersedia informasi yang benar mengenai masa remaja dapat mengakibatkan remaja terjerumus dalam hal negatif dan lembah kenistaan.
            Hidup seperti tangga dari bawah keatas, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan tua. Masa anak-anak biasanya dari 0-10 tahun, remaja antara 10-19 tahun, dewasa 19 tahun keatas. Masa remaja biasanya dapat disebut sebagai masa purbertas. Pada masa ini banyak sekali perubahan pada remaja. Perubahan yang lebih terjadi pada masa ini yaitu perubahan tubuh atau fisik. Perubahan ini juga terjadi secara psikologis seperti perubahan pikiran, adanya perasaan dengan lawan jenis, keinginan. Namun semua itu wajah dan normal, remaja tidak perlu khawatir melihat ada perbedaan pada dirinya. Tetapi ada pula remaja yang tidak dapat menahan hawa nafsunya, hingga remaja tersebut dapat terjerumus dalam hel-hal yang negatif yang berdampak pada dirinya sendiri atau pun orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada tahun 2000, menunjukkan bahwa orang tua dan guru merupakan sumber informasi utama bagi remaja untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksinya, misalnya haid/menstruasi, kehamilan, penyakit-penyakit seksual.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa kemampuan efektif seseorang untuk menghadapi berbagai tuntunan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan keterampilan untuk hidup sehat merupakan salah satu hal yang dipandang sangat relevan bagi peningkatan kesehatan dan kualitas kesejahteraan remaja



II.PEMBAHASAN
2.1Pengertian HIV/AIDS
      1.Virus HIV
            HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem imun manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
        2.Penyakit AIDS
            AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

2.2   Cara Penularan Hiv/Aids
a. Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman
            Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam hubungan seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin.
            Hubungan seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung
(Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.
b. Penggunaan bersama jarum suntik yang terkontaminasi virus HIV oleh pemakai narkoba atau perawatan kesehatan
            Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat).
c. Tranfusi darah yang tidak steril
            Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di negara-negara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat.
d. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui
Ibu hamil yang punya penyakit  HIV/AIDS berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil, bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen. Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, menurut dr Utami semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan.

2.3  Gejala Orang yang Terkena HIV/AIDS
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (gejala yang umum terjadi)  dan gejala Minor (gejala yang tidak umum terjadi) :
*Gejala Mayor:
1)Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2)Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3)Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4)Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5)Demensia/HIV ensefalopati

*Gejala Minor :
1)Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2)Dermatitis generalisata
3)Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4)Kandidias orofaringeal
5)Herpes simpleks kronis progresif
6)Limfadenopati generalisata
7)Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8)Retinitis virus sitomegalo  

2.4  Perkembangan HIV
                        Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS ?  Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

2.5  Pencegahan
A = Abstain
Jangan melakukan seks, terutama hubungan seksual berisiko.
B = Be faithful
Jadilah pasangan yang setia. “Kalau Anda punya istri, suami atau pacar, ya sudah satu saja, nggak usah ganti-ganti,” tegas Dr Nafsiah.
C = Condom      
Menggunakan kondom cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.
D = Drug
“Jauhi drug (obat-obatan terlarang), baik drug telan yang dapat menyebabkan gairah seks meningkat seperti ekstasi, atau drug suntik yang menularkan langsung penyakit dari alat suntiknya itu,” jelas Dr Nafsiah.
E = Equipment
Jangan bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti jarum suntik atau alat potong kuku, tato atau alat-alat lainnya yang dapat berhubungan dengan darah. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan bedah obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV. Jarum tato senjata,,dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan bedah:

* Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
* Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.
* Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi.

2.6 Penanganan
                        Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah



2.7 Dilema Remaja
                        Ketika kita membicarakan sosok seorang remaja, maka sebenarnya sama halnya kita sedang berbicara mengenai dunia remaja. Masa remaja merupakan masa emas dan masa yang menentukan. Oleh sebab itu, di sinilah mental remaja itu akan benar-benar diuji. Berbagai fenomena yang syarat akan jawaban dan persoalan yang menuntut sebuah solusi akan terus senantiasa mengiringinya. Persoalan tentang remaja tidak henti-hentinya dibincangkan oleh berbagai elemen masyarakat. Hal itu merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap generasi muda, dikarenakan posisi generasi muda itu sendiri yang dipandang sangat strategis demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

                        Sebagai generasi penerus, kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang dipandang sangat penting yaitu moral dan intelektual yang dimiliki para remaja.

                        Namun disaat yang sama, remaja memiliki sikap rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hal negatif tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Dalam keadaan yang masih labil ini, remaja sangat memerlukan seorang pendamping yang dapat mengarahnya kepada hal yang positif, dan mencegahnya dari perbuatan yang negatif. Dengan kapasitas sebagai remaja, mampukah remaja mengemban amanah bangsa ini, dengan berbagai persoalan di depannya yang sangat kompleks itu?

                        Tongkat estafet pembangunan karekter bangsa dan negera ini akan terus berganti dari masa ke masa, seiring dengan pergantian generasi. Oleh sebab itu, dibutuh sosok generasi yang tangguh dan ulet untuk mengemban amanah besar ini. Remaja, dengan segala kelebihan dan keistimewaannya sangat diharapkan untuk dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju bangsa yang bermartabat dan berdaulat secara utuh. Tentunya remaja yang dimaksud adalah mereka-mereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme serta didukung dengan komitmen moral , karakter ,serta iman yang kokoh dan mulia.



a)Problematika yang Dihadapi Remaja dan Dekadensi Moral
            Sudah menjadi wacana umum, bahwa dekadensi moral yang terjadi pada kawula muda telah mencapai titik mengkhawatirkan. Terjadinya pelanggaran norma-norma sosial yang dilakukan oleh para muda-mudi merupakan masalah terpenting bangsa ini dalam rangka perbaikan sumber daya manusianya. Karena, ketika sebuah etika sosial masyarakat tidak diindahkan lagi oleh kaum muda, maka laju lokomotif perbaikan bangsa dan negara akan mengalami hambatan. Beberapa contoh pelanggaran norma sosial yang terjadi diantaranya adalah:
            Pertama, miras dan narkoba. Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25.000 mahasiswa. Karena itu, narkoba menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan agar jera, dan tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai pengguna narkoba. Para siswa penyalahgunaan narkoba tersebar di Jakarta-Utara sebanyak 248 orang dari 26 SMU, Jakarta-Pusat atau Jakpus (109) di 12 SMU, Jakarta-Barat atau Jakbar (167) di 32 SMU, Jakarta-Timur atau Jaktim (305) di 43 SMU dan Jakarta-Selatan atau Jaksel (186) di 40 SMU, (kompas, 05 Februari 2001). Belum lagi pada kota besar lainnya di Indonesia. Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan. Peredaran minuman keras (miras) dan narkobapun semakin hari semakin mengarah pada peningkatan yang siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari penggunaan kedua jenis barang di atas. Kurva peningkatan peredaran miras dan narkoba itu tidak terlepas dari dampak negatif semakin mengguritanya tempat-tempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir sudut kota-kota besar. Bahkan ironisnya, peredaran itu sekarang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, namun sudah merebah kepada anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur. Ada beberapa dampak negatif atau kerugian bagi pecandu miras dan narkoba.
            Kedua, pergaulan bebas (pornografi dan pornoaksi). Seiring dengan derasnya arus globalisasi, yang menjadikan dunia ini semakin sempit, maka di waktu yang sama hal itu akan membawa sebuah konsekwensi; baik positif atapun negatif. Kita tidak akan membicarakan mengenai konsekwensi positif dari globalisasi saat ini. Karena hal itu tidak akan membahayakan rusaknya moral generasi muda. Namun yang menjadi perhatian kita adalah efek atau dampak negatif yang dibawa oleh arus globalisasi itu sendiri yang mengakibatkan merosotnya moral para remaja saat ini. Diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak bangsa ke jurang hitam. Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era sekarang ini, hubungan antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan layaknya suami-isteri atas landasan cinta dan suka sama suka. Sebuah fenomena yang sangat menyedihkan tentunya ketika prilaku semacam itu juga ikut disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah istansi berbasis agama. Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin bebas dan arus yang semakin global ini.

                        Disisi lain, perkembangan teknologi yang semakin canggih, akan semakin memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang di satu sisi tidak bisa dinafikan, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara. berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya.
(Harian Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Ironisnya, ternyata dari kedua contoh pelanggaran norma sosial yang dilakukan generasi muda hari ini, ternyata kedua hal tersebut merupakan penyebab utama banyaknya kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu disebabkan oleh heteroseksual atau hubungan seks bebas dan penggunaan narkoba suntik. Dari data yang ada hampir 50 persen penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia disebabkan oleh hubungan seks bebas dan 40,7 persen karena penyebaran melalui jarum suntik.               Sebenarnya, remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri remaja mempunyai  peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi remaja adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa generasi muda diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, “penyelaman” akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki remaja.  

                        Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja diantaranya adalah permasalahan yang ada di keluarga.Kerusakan moral pada remaja juga tidak terlepas dari kondisi dan suasana keluarga.  Keadaan keluarga yang carut-marut dapat memberikan pengaruh yang sangat negatif bagi anak yang sedang/sudah menginjak masa remaja. Karena, ketika mereka tidak merasakan ketenangan dan kedamaian dalam lingkungan keluarganya sendiri, mereka akan mencarinya ditempat lain. Sebagai contoh; pertengkaran antara ayah dan ibu yang terjadi, secara otomatis akan memberikan pelajaran kekerasan kepada seorang anak. Bukan hanya itu, kesibukan orang tua yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak adalah juga merupakan faktor penyebab moral anaknya menjadi rusak dan bahkan terjerumus dalam kenistaan.
Selain itu kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh dari warna lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Pepatah arab mengatakan "al insan ibnu biatihi". Lingkungan yang sudah penuh dengan tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang durjana. Persoalan pergaulan. Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman pergaulannya. Pepatah arab juga mengatakan, yang artinya: " Dekat penjual minyak wangi, akan ikut bau wangi, sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap".

b.Persoalan Pengaruh Media Masa
                        Kita tidak dapat menutup mata akan pengaruh media masa, cetak maupun elektronik, dalam membentuk moralitas generasi bangsa ini. Media-media yang ada sekarang ini tidak lagi membatasi diri dengan hanya menyajikan berita dan informasi semata. Namun sayap media sekarang ini sudah semakin lebar dan tidak terbatas. Tayangan-tayangan televisi yang semakin marak dengan tontonan yang sensual, seakan sudah menjadi hal yang biasa tersaji setiap harinya. Hal itu juga didukung dengan beberapa artikel di media cetak yang tidak jarang menyajikan wacana menyoal masalah-masalah yang berbau pornografi dan kekerasan.

                        Rahimi Sabirin, Direktur Program Center for Moderate Muslim (CMM), dalam tulisannya menegaskan bahwa Indonesia lebih bebas dari negara yang selama ini dianggap bebas. Dia memaparkan bahwa negara seperti Inggris, Jerman, Italia dan Amerika Serikat memberlakukan peraturan yang ketat soal pornografi dan pornoaksi. Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara paling liberal di dunia memberlakukan Undang-Undang untuk memeriksa terlebih dahulu ID Card/KTP setiap orang yang hendak memasuki klab malam; apakah dia sudah cukup umur atau tidak. Di sana juga diatur secara tegas pornografi yang terdapat di media televisi dan media cetak. Majalah Playboy tidak bisa didapatkan anak-anak di bawah umur. Penayangan film yang berbau pornografi dan pornoaksi di televisi justru pada tengah malam. Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film diberi rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau film biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak. Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).

                        Beberapa data di atas walaupun merupakan data lama, semua merupakan secuil potret akan problematika kita sebagai generasi bangsa dari masa ke masa. Kehadiran beberapa problem di atas bukan hanya untuk diketahui dan diingat semata, namun harus segera dicari solusinya. Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh guna membentengi generasi muda dari dampak negatif arus globalisasi.



2.8 Peran Remaja dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS
            Di Indonesia kasus HIV /AIDS semakin meningkat sejalan dengan kebiasaan hidup yang semakin maju dan bebas, khususnya di kalangan remaja. Oleh karena itu, penanggulangan HIV/AIDS saat ini adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh pemerintah, LSM, dan komponen masyarakat pemerhati HIV/AIDS, bahkan remaja pun memiliki andil dalam menanggulangi HIV/AIDS. Remaja menanggulangi HIV/AIDS dengan mecoba ikut serta menjadi aktivis-aktivis anti HIV/AIDS atau melalui kegitan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS.
                        Salah satu media untuk  sosialisasi yang dilakukan oleh remaja adalah internet, karena di era globalisasi internet merupakan hal yang sangat penting dan telah menyebar luas dan mencakup seluruh kalangan sehinnga mudah untuk diakses. Banyak di antara remaja yang mensosialisasikan HIV/AIDS dengan memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter  Remaja biasanya membuat sebuah forum atau page di Facebook yang berisi informasi-informasi mengenai bahaya HIV/AIDS dan membuat akun Twitter untuk membagikan nasihat-nasihat yang bermanfaat mengenai bahaya HIV/AIDS.
                        Sosialisasi juga dilakukan melalui website salahsatunya adalah  aidsindonesia.or.id. Di website ini dapat ditemukan beberapa informasi yang lengkap seputar HIV/AIDS khususnya untuk Indonesia
                        Membentuk komunitas-komunitas HIV/AIDS di dunia maya juga menjadi pilihan bagi remaja dalam mensosialisasikan HIV/AIDS. Salah satu komunitas HIV/AIDS yang digagas oleh remaja dan populer dikalangan remaja adalah Komunitas AIDS Indonesia. komunitas ini memberikan informasi-informasi lengkap mengenai HIV/AIDS, selain itu komunitas ini juga sering memberikan motivasi berupa kata-kata kepada ODHA, serta layanan on line yang dikhususkan kepada ODHA agar bisa berinteraksi dengan masyarakat lain yang tergabung dalam komunitas tersebut. Selain melakukan kegiatan secara on line, komunitas ini melakukan kegiatan off line, seperti kampanye HIV/AIDS, mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS, dan berinteraksi dengan ODHA secara langsung. Tak jarang remaja juga bergerak secara individual dengan membuat blog pribadi yang berisi berbagai macam informasi menarik seputar HIV/AIDS.
Dalam mensosialisasikan HIV/AIDS khususnya melalui media jejaring sosial, website, blog maupun komunitas remaja tak hanya dapat memberikan informasi seputar HIV/AIDS, namun remaja dapat menggunakan prinsip Valliant, Cautious dan Thinking (VCT). Valliant atau berani, maksudnya masyarakat harus berani mengatakan tidak pada HIV/AIDS, agar tertanam dalam diri masyarakat bahwa HIV/AIDS itu merupakan hal yang harus dijauhi. Cautious atau berhati-hati maksudnya, masyarakat harus berhati-hati dalam bergaul sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Thinking atau berpikir, maksudnya masyarakat harus berpikir jernih sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ditangan remaja hari ini-lah letak kepemimpinan masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Bila remaja telah dihinggapi oleh penyakit mematikan seperti HIV/AIDS, maka pertanda generasi muda dalam jurang kehancuran. Para remaja ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan kemajuan sebuah negera. Makanya tidak heran, jika ada yang mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi kuat eksistensinya, ketika para remajanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.

                        Masa remaja merupakan masa perubahan menjadi dewasa. Pada masa ini setiap insan manusia masuk dalam ‘Golden Age’. Perubahan setiap remaja mampu mempengaruhi kehidupan pribadinya dan juga lingkungan sekitar. Setiap perubahan yang terjadi merupakan simbol bagaimana karakter mereka terbentuk dan nantinya pada masa-masa ini akan lahir generasi penerus bangsa yang beberapa tahun lagi akan melahirkan karya yang luar biasa.
                        Perubahan pada usia-usia remaja sangat diharapkan dapat melahirkan karya yang luar biasa dan bermanfaat untuk manusia. Remaja diharapkan mampu menjadi ‘agent of change’ dalam problematika yang menjadi topik khusus di lingkungan sekitar maupun di tempat lain yang cakupannya luas. Pada era ,odern kemudahan dalam memperoleh informasi maupun isu terkini harus mampu dipelajari dengan bijak oleh remaja sehingga dia mampu turut serta atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan orang banyak , bangsa dan negara.
                        Pada era modern ini problematika yang sedang menngeluti bangsa Indonesia salah satunya HIV/AIDS. Data statistik Indonesia melaporkan bahwa jumlah penderita HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari 2014 s.d 30 September 2014 adalah 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS. Kasus ini meliputi laki-laki maupun perempuan yang masih berada dalam usia produktif. Secara unum kasus-kasus semacam ini memiliki resiko bertambah setiap tahunnya apabila faktor resiko yang berkaitan dengan HIV/AIDS tidak ada pengurangan.
                        Peran serta dari semua elemen baik itu dari pemerintahan maupun swasta sangat diperlukan sebagai upaya preventif untuk menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS di Indonesia. Selain pemerintah membuat kebijakan dan program terkait untuk HIV dan AIDS, maka masyarakat pun perlu dilatih bagaimana ikut mensukseskan program-program tersebut sesuai dengan keahlian masing-masing. Hal ini pula yang perlu ditekankan pada kelompok usia remaja. Selain sebagai agen perubahan untuk bangsa, para remaja juga memiliki resiko akan terkena masalah tersebut jika pengetahuan dan sikap mereka tidak terdidik dengan benar.Remaja yang mungkin masuk dalam masalah tersebut karena awal yang coba-coba sehingga semakin lama dia berada pada faktor resiko maka peluang untuk terjadinya HIV dan AIDS juga sangat besar.
                        Pada dasarnya ,remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa  remaja adalah agen perubahan yang diibaratkan seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang mendalam akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS.  
Peran serta remaja dalam upaya penanganan HIV dan AIDS seperti yang disebutkan diatas memang memiliki pengaruh utama. Para remaja yang turut serta dalam kampanye masalah HIV dan AIDS akan lebih memudahkan untuk penanganan masalah yang menyangkut kelompok usia remaja, karena dengan itu akan lebih memudahkan dalam dukungan peer group. Beberapa langkah yang dapat diambil oleh remaja dalam upaya dukungan terhadap pencegahan HIV dan AIDS bisa dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi penguatan internal diri dan juga penguatan eksternal diri.
Penguatan Internal diri pada remaja yang dimaksud adalah penguatan tujuan dan fokus utama dalam menjalani masalah tumbuh kembang remaja yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Penguatan tersebut bisa dilakukan dengan jalan:
  1. Bergabung dalam organisasi
Bergabung dalam kegiatan organisasi ini akan melahirkan pengalaman baru bagi remaja dalam menatap dunia kedepan. Dengan waktu luang yang tersalurkan untuk organisasi maka akan mengurangi resiko bagi mereka untuk melakukan tindakan yang dapat memunculkan masalah HIV/AIDS misalnya pergaulan bebas dan lain sebagainya.
  1. Penguatan bidang rohani.
Sebagain makhluk Tuhan yang lemah sepatutnya kita selalu giat dalam beribadah dan mengabdi kepadaNYA. Dengan melakukan kegiatan agama atau ibadah secara rutin maka dari dalam diri kita akan muncul rasa keimanan yang kuat dan keyakinan yang tinggi. Keimanan yang kuat dan keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa akan menjadikan kita hamba yang takut jika melakukan perbuatan yang tak terpuji sehingga dalam pergaulan sehari-hari kita akan mampu dengan mudah memilih yang baik dan benar.
  1. Bergabung dengan kelompok belajar
Pada kehidupan remaja tidak lepas kaitannya dengan dunia pendidikan. Dengan bergabung pada kelompok belajar maka rutinitas yang kita jalani tidak akan monoton dan selalu dapat teman baru untuk mengatasi setiap problem yang terjadi. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat beberapa masalah pergaulan bebas atau bahkan penggunaan narkoba adalah karena faktor pelarian akibat tak sanggup menyelesaikan problem hidup yang terjadi. Jika remaja berada dalam posisi pergaulan bebas tersebut maka tidak mustahil jika suatu saat dia juga akan menjadi kelompok rentan terkena HIV dan AIDS. Maka kehadiran kelompok belajar menjadi kegiatan yang berguna untuk penguatan internal diri dan sebagai tempat berbagi atau tempat curhat masalah pendidikan atau masalah pribadi lainnya.
Beberapa kegiatan di atas memang merupakan hal yang dasar  untuk menguatkan jiwa dan semangat remaja secara internal, karena tidak mungkin seseorang akan berpartisipasi dalam upaya pencegahan HIV/AIDS jika secara pribadi masih belum tertata. Oleh karena itu remaja perlu meningkatkan kualitas diri dalam memanajemen diri dari pergaulan yang tidak baik dan tidak benar.
Setelah tindakan tersebut atau penguatan internal diri maka dalam upaya remaja untuk ikut serta program anti HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan penguatan eksternal diri melalui:
  1. Ikut Program Kampanye HIV/AIDS
Remaja perlu bergabung dalam organisasi yang bergerak dalam kampanye HIV dan AIDS seperti di media sosial maupun badan khusus seperti menjadi duta Komisi Penanggulangan AIDS. Dengan ikut serta dalam kegiatan tersebut maka wawasan tentang kebijakan baru yang dibuat pemerintah akan mudah didapatkan dan juga upaya nyata atau aksi dalam pencegahan HIV dan AIDS juga akan didapatkan sehingga menjadi upaya bagi dirinya untuk berani menerapkan kegiatan preventif, protektif dan promotif berkaitan denga HIV dan AIDS.
  1. Mencari pengetahuan tentang HIV dan AIDS.
Kemajuan teknologi memudahkan kita untuk mencari informasi lebih banyak tentang HIV dan AIDS. Para remaja yang hidup di era modern ini haruslah bijak dalam memanfaatkan teknologi salah satunya untuk mencari pengetahuan yang positif. Melalui situs-situs resmi pemerintah maupun media sosial lain seperti facebook dan twitter juga perlu diarahkan ke dalam kegiatan positif seperti share dan retweet di Twitter dan Facebook Aku Bangga Aku Tahu. Terlihat sepele memang akan tetapi situs-situs tersebut menyajikan informasi tentang HIV dan AIDS yang dapat kita baca dan kita bagikan untuk teman dunia maya kita sebagai bentu upaya preventif menanggulangi HIV/AIDS.
  1. Aktif dalam iklan layanan masyarakat.
Kegiatan yang mungkin dapat dilakukan sebagai upaya dukungan remaja terhadap kampanye HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan pembuatan video layanan masyarakat. Secara sederhana remaja bisa menampilkan bagaimana menjadi remaja seharusnya, bagaimana menghindari pergaulan bebas dan sebagainya. Dengan kegiatan kreatif seperti ini akan dapat mudah menyampaikan isi dan pesan moral tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat umum.
  1. Terlibat dalam Peer Group (Dukungan Teman Sebaya)
Dalam kegiatan ini remaja diharapkan menjadi jembatan untuk remaja lain yang mungkin mengalami masalah berhubungan dengan HIV dan AIDS. Dengan dukungan teman sebaya maka akan lebih memudahkan dalam penanganan kenakalan remaja atau masalah lainnya yang menjadi faktor resiko masalah HIV dan AIDS pada kelompok remaja. Persamaan usia akan semakin memudahkan dalam penjelasan informasi juga pengkajian masalah.
Dengan beberapa kegiatan dasar yang dilakukan untuk penguatan eksternal diri tersebut, seorang remaja diharapkan benar-benar menjadi agen perubahan yang sesuai dan diharapkan oleh bangsa. Peran serta remaja dalam kampanye HIV dan AIDS akan memberi kemajuan baru dalam upaya preventif mengingat dalam diri remaja sendiri ada semangat dan motivasi yang kuat dalam memecahkan masalah yang terjadi disekitarnya. Dengan melibatkan remaja tersebut juga akan menjadi kegiatan positif bagi mereka sehingga tidak akan terjerumus dalam pergaulan bebas yang jika dilakukan terus menerus maka tidak mustahil mereka pula yang akan menjadi korban dari HIV dan AIDS.
(Artikel Dedy Adi Irwanto)


III.PENUTUP

1.KESIMPULAN                                                                           
                        Remaja memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya pencegahan HIV /AIDS. Remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa  remaja adalah agen perubahan yang diibaratkan seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang mendalam akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS


2.SARAN
                        Sebagai tokoh yang mempunyai peranan vital dalam upaya pencegahan HIV/AIDS hendaknya remaja mampu mensosialisasikan ilmu pengetahuannya mengenai HIV/AIDS kepada lingkungan masyarakat sekitar dan memperikan penyuluhan serta dukungan untuk para ODHA yang ada di sekitarnya.






DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1997.AIDS dan Penanggulangannya (Ed. 3). Jakarta: PUSDILANKES & The Ford Foundation
Hanwari, D.2009.Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi.Jakarta:FKUL
Nasronudin.2007.HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis & Sosial.Surabaya:Airlangga University Press
Nursalam, Kurniawati, D, N.2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS.Jakarta:Salemba Medika
Sunaryati, S. S.2011.14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.Yogyakarta:FlashBook
www. akubanggaakutahu.com/