PERAN
VITAL REMAJA
DALAM
UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS
disusun
Oleh :
Pety
Rahmalina
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa perubahan
menjadi dewasa. Pada masa ini setiap insan manusia masuk dalam ‘Golden Age’. Perubahan setiap remaja mampu mempengaruhi kehidupan
pribadinya dan juga lingkungan sekitar. Setiap perubahan yang terjadi merupakan
simbol bagaimana karakter mereka terbentuk dan nantinya pada masa-masa ini akan
lahir generasi penerus bangsa yang beberapa tahun lagi akan melahirkan karya
yang luar biasa.
Perubahan
pada usia-usia remaja sangat diharapkan dapat melahirkan karya yang luar biasa dan
bermanfaat untuk manusia. Remaja diharapkan mampu menjadi ‘agent of change’ dalam problematika yang menjadi topik khusus di
lingkungan sekitar maupun di tempat lain yang cakupannya luas. Pada era modern kemudahan dalam memperoleh informasi maupun isu terkini harus mampu
dipelajari dengan bijak oleh remaja sehingga dia mampu turut serta atau ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan orang banyak,
bangsa dan negara.
Pada
era modern ini problematika yang sedang menngeluti bangsa Indonesia salah
satunya HIV/AIDS. Data statistik Indonesia melaporkan bahwa jumlah penderita
HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari 2014 s.d 30 September 2014 adalah
22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS. Kasus ini meliputi laki-laki maupun
perempuan yang masih berada dalam usia produktif. Secara unum kasus-kasus
semacam ini memiliki resiko bertambah setiap tahunnya apabila faktor resiko
yang berkaitan dengan HIV/AIDS tidak ada pengurangan.
Peran
serta dari semua elemen baik itu dari pemerintahan maupun swasta sangat
diperlukan sebagai upaya preventif untuk menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS di
Indonesia. Selain
pemerintah membuat kebijakan dan program terkait untuk HIV dan AIDS, maka
masyarakat pun perlu dilatih bagaimana ikut mensukseskan program-program
tersebut sesuai dengan keahlian masing-masing. Hal ini pula yang perlu
ditekankan pada kelompok usia remaja. Selain sebagai agen perubahan untuk
bangsa, para remaja juga memiliki resiko akan terkena masalah tersebut jika
pengetahuan dan sikap mereka tidak terdidik dengan benar. Remaja yang mungkin masuk dalam masalah tersebut karena awal yang coba-coba
sehingga semakin lama dia berada pada faktor resiko maka peluang untuk
terjadinya HIV dan AIDS juga sangat besar.
Pada
dasarnya, remaja
mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda
mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku
(subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana
yang telah disebutkan bahwa remaja
adalah agen perubahan yang diibaratkan seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas
atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada
sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena
kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang
mendalam akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada
generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian,
diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan
perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda
dalam kerangka mencegah HIV/AIDS.
Hidup
seperti tangga dari bawah keatas, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan tua.
Masa anak-anak biasanya dari 0-10 tahun, remaja antara 10-19 tahun, dewasa 19
tahun keatas. Masa remaja biasanya dapat disebut sebagai masa purbertas. Pada
masa ini banyak sekali perubahan pada remaja. Perubahan yang lebih terjadi pada
masa ini yaitu perubahan tubuh atau fisik. Perubahan ini juga terjadi secara
psikologis seperti perubahan pikiran, adanya perasaan dengan lawan jenis,
keinginan. Namun semua itu wajah dan normal, remaja tidak perlu khawatir
melihat ada perbedaan pada dirinya. Tetapi ada pula remaja yang tidak dapat
menahan hawa nafsunya, hingga remaja tersebut dapat terjerumus dalam hel-hal
yang negatif yang berdampak pada dirinya sendiri atau pun orang lain. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada
tahun 2000, menunjukkan bahwa orang tua dan guru merupakan sumber informasi
utama bagi remaja untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksinya, misalnya haid/menstruasi, kehamilan, penyakit-penyakit seksual.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa kemampuan efektif seseorang untuk
menghadapi berbagai tuntunan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan keterampilan untuk
hidup sehat merupakan salah satu hal yang dipandang sangat relevan bagi
peningkatan kesehatan dan kualitas kesejahteraan remaja.
DAFTAR ISI
·
HALAMAN SAMPUL
·
ABSTRAK
·
DAFTAR ISI
·
BAB 1 PENDAHULUAN
·
BAB II PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN HIV/AIDS
2.2
CARA PENULARAN
2.3
GEJALA HIV/AIDS
2.4
PERKEMBANGAN HIV
2.5
PENCEGAHAN
2.6
PENANGANAN
2.7
DILEMA REMAJA
2.8
PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN
·
BAB III PENUTUP
·
DAFTAR PUSTA
PERAN
VITAL REMAJA
DALAM
UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS
I.PENDAHULUAN
AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang
dihadapi masyarakat dunia akhir-akhir ini. Saat ini tidak ada negara yang
terbebas dari HIV (Human Imunnodeficiency Virus) maupun AIDS. HIV/AIDS
menyebabkan krisis multidimensi yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara,
ekonomi, pendidikan maupun kemanusiaan (Djauzi dan Djoerban, 2007).
Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi. Pada
akhir tahun 1996, kasus HIV/AIDS yang tercatat di Depkes RI (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia) pusat berjumlah 501 orang, terdiri dari 119 kasus
AIDS dan 382 HIV+ yang dilaporkan dari 19 propinsi (Muninjaya, 1998).
Jumlah
kasus yang terjadi di Indonesia sampai akhir Desember 2008 sudah mencapai
16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS
yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut,
12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan
seks (Depkes RI, 2008).
Menurut
KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) (2007b), dari seluruh jumlah kasus di
Indonesia tersebut, sekitar 8 ribu atau 57,1% kasus HIV/AIDS terjadi pada
remaja antara 15–29 tahun (37,8% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak
aman dan 62,2% terinfeksi melalui penggunaan narkoba jarum suntik). Hal ini
menunjukkan bahwa remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar agar
tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.
Menurut
Behrman, Kliegman, Robert dan Jenson (2004), remaja adalah mereka yang berusia
10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh,
fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat
dibagi menjadi remaja awal.
Masa
remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman
berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan
mereka kelak. Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat
penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya
keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas
menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai
seksualitas (Nugraha, 2000).
Rentannya
remaja terhadap penyimpangan seksual dan AIDS bersumber dari perubahan
fisiologis serta psikologis, berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi
mereka. Pada tahap ini, remaja mulai merenggang dari orang tuanya kemudian
membentuk kelompok sahabat karib. Dalam tendensi kearah penarikan diri, sangat
mungkin terjadi tindakan irasional (Rachmawati, 2000).
Dari
hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2008),
sebanyak 63% remaja di Indonesia baik SMP maupun SMA telah melakukan hubungan
seksual diluar nikah.
Menurut
Badan Narkotika Nasional (BNN) (2009), banyak remaja yang mati muda karena overdosis
dan tersiksa akibat kecanduan narkoba. Bahkan banyak dari mereka yang sudah
terinfeksi penyakit mematikan yaitu HIV/AIDS akibat penggunaan narkoba dengan
jarum suntik.
Karakteristik
remaja yang rasa ingin tahunya sangat tinggi menyebabkan mereka mencoba segala
sesuatu yang menurut mereka menarik. Jika tidak tersedia informasi yang benar
mengenai masa remaja dapat mengakibatkan remaja terjerumus dalam hal negatif
dan lembah kenistaan.
Hidup seperti tangga dari bawah
keatas, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan tua. Masa anak-anak biasanya
dari 0-10 tahun, remaja antara 10-19 tahun, dewasa 19 tahun keatas. Masa remaja
biasanya dapat disebut sebagai masa purbertas. Pada masa ini banyak sekali
perubahan pada remaja. Perubahan yang lebih terjadi pada masa ini yaitu
perubahan tubuh atau fisik. Perubahan ini juga terjadi secara psikologis
seperti perubahan pikiran, adanya perasaan dengan lawan jenis, keinginan. Namun
semua itu wajah dan normal, remaja tidak perlu khawatir melihat ada perbedaan
pada dirinya. Tetapi ada pula remaja yang tidak dapat menahan hawa nafsunya,
hingga remaja tersebut dapat terjerumus dalam hel-hal yang negatif yang
berdampak pada dirinya sendiri atau pun orang lain. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia pada tahun 2000,
menunjukkan bahwa orang tua dan guru merupakan sumber informasi utama bagi
remaja untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksinya, misalnya haid/menstruasi, kehamilan, penyakit-penyakit seksual.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengemukakan bahwa kemampuan efektif seseorang untuk menghadapi berbagai
tuntunan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan penting
untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi, HIV/AIDS dan keterampilan untuk hidup sehat merupakan salah satu
hal yang dipandang sangat relevan bagi peningkatan kesehatan dan kualitas
kesejahteraan remaja
II.PEMBAHASAN
2.1Pengertian HIV/AIDS
1.Virus HIV
HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang
sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem imun manusia
yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi
tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek
biasa.
2.Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari
perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak
oleh Virus HIV.
2.2 Cara Penularan Hiv/Aids
a. Seks Bebas serta seks
yang kurang sehat dan aman
Berhubungan
intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah peringkat pertama
terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi atau penularan HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dalam hubungan seksual peluang terjadinya sangat
besar, karena pada saat terjadi kontak antara sekresi pada cairan vagina pada
alat kelamin.
Hubungan
seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung
(Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.
(Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.
b. Penggunaan bersama jarum suntik yang terkontaminasi virus HIV
oleh pemakai narkoba atau perawatan kesehatan
Penggunaan
jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang terkena
penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar jarum
suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS sangat
besar presentasenya terjadi karena cairan pada tubuh penderita yang terkena HIV
AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat).
c.
Tranfusi darah yang tidak steril
Cairan
didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga dibutuhkan
pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan penyeleksian
donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit AIDS, Resiko
penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di negara-negara maju, hal ini
disebabkan karena dinegara maju keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin
karena proses seleksi yang lebih ketat.
d. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa
menyusui
Ibu hamil yang punya penyakit HIV/AIDS berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil, bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen. Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, menurut dr Utami semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan.
Ibu hamil yang punya penyakit HIV/AIDS berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil, bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen. Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, menurut dr Utami semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan.
2.3 Gejala Orang yang Terkena HIV/AIDS
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (gejala yang umum
terjadi) dan gejala Minor (gejala yang tidak umum terjadi) :
*Gejala Mayor:
1)Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2)Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3)Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4)Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5)Demensia/HIV ensefalopati
*Gejala Minor :
1)Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2)Dermatitis generalisata
3)Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4)Kandidias orofaringeal
5)Herpes simpleks kronis progresif
6)Limfadenopati generalisata
7)Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8)Retinitis virus sitomegalo
2.4 Perkembangan HIV
Seberapa
cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS ? Lamanya dapat bervariasi dari satu
individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara
infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun,
kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat
perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang
terinfeksi.
2.5 Pencegahan
A = Abstain
Jangan melakukan seks, terutama hubungan seksual berisiko.
B = Be faithful
Jadilah pasangan yang setia. “Kalau Anda punya istri,
suami atau pacar, ya sudah satu saja, nggak usah ganti-ganti,” tegas Dr
Nafsiah.
C = Condom
Menggunakan kondom cara lain untuk penularan HIV
adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama
pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk
menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi
kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi
menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga
dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan
pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.
D = Drug
“Jauhi drug (obat-obatan terlarang), baik drug telan
yang dapat menyebabkan gairah seks meningkat seperti ekstasi, atau drug suntik
yang menularkan langsung penyakit dari alat suntiknya itu,” jelas Dr Nafsiah.
E = Equipment
Jangan bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti
jarum suntik atau alat potong kuku, tato atau alat-alat lainnya yang dapat
berhubungan dengan darah. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan bedah
obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV.
Jarum tato senjata,,dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan
darah orang yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda
perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan bedah:
* Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
* Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya.
* Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi.
2.6 Penanganan
Sampai
saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya
yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan
virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak
dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).
PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga
memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan,
mual, dan lelah
2.7 Dilema Remaja
Ketika
kita membicarakan sosok seorang remaja, maka sebenarnya sama halnya kita sedang
berbicara mengenai dunia remaja. Masa remaja merupakan masa emas dan masa yang
menentukan. Oleh sebab itu, di sinilah mental remaja itu akan benar-benar
diuji. Berbagai fenomena yang syarat akan jawaban dan persoalan yang menuntut
sebuah solusi akan terus senantiasa mengiringinya. Persoalan tentang remaja
tidak henti-hentinya dibincangkan oleh berbagai elemen masyarakat. Hal itu
merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap generasi muda, dikarenakan
posisi generasi muda itu sendiri yang dipandang sangat strategis demi kemajuan
bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai generasi penerus, kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang dipandang sangat penting yaitu moral dan intelektual yang dimiliki para remaja.
Namun disaat yang sama, remaja memiliki sikap rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hal negatif tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Dalam keadaan yang masih labil ini, remaja sangat memerlukan seorang pendamping yang dapat mengarahnya kepada hal yang positif, dan mencegahnya dari perbuatan yang negatif. Dengan kapasitas sebagai remaja, mampukah remaja mengemban amanah bangsa ini, dengan berbagai persoalan di depannya yang sangat kompleks itu?
Tongkat estafet pembangunan karekter bangsa dan negera ini akan terus berganti dari masa ke masa, seiring dengan pergantian generasi. Oleh sebab itu, dibutuh sosok generasi yang tangguh dan ulet untuk mengemban amanah besar ini. Remaja, dengan segala kelebihan dan keistimewaannya sangat diharapkan untuk dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju bangsa yang bermartabat dan berdaulat secara utuh. Tentunya remaja yang dimaksud adalah mereka-mereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme serta didukung dengan komitmen moral , karakter ,serta iman yang kokoh dan mulia.
Sebagai generasi penerus, kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang dipandang sangat penting yaitu moral dan intelektual yang dimiliki para remaja.
Namun disaat yang sama, remaja memiliki sikap rasa ingin tahu yang begitu tinggi. Sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hal negatif tanpa mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Dalam keadaan yang masih labil ini, remaja sangat memerlukan seorang pendamping yang dapat mengarahnya kepada hal yang positif, dan mencegahnya dari perbuatan yang negatif. Dengan kapasitas sebagai remaja, mampukah remaja mengemban amanah bangsa ini, dengan berbagai persoalan di depannya yang sangat kompleks itu?
Tongkat estafet pembangunan karekter bangsa dan negera ini akan terus berganti dari masa ke masa, seiring dengan pergantian generasi. Oleh sebab itu, dibutuh sosok generasi yang tangguh dan ulet untuk mengemban amanah besar ini. Remaja, dengan segala kelebihan dan keistimewaannya sangat diharapkan untuk dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju bangsa yang bermartabat dan berdaulat secara utuh. Tentunya remaja yang dimaksud adalah mereka-mereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme serta didukung dengan komitmen moral , karakter ,serta iman yang kokoh dan mulia.
a)Problematika yang Dihadapi Remaja dan Dekadensi Moral
Sudah
menjadi wacana umum, bahwa dekadensi moral yang terjadi pada kawula muda telah
mencapai titik mengkhawatirkan. Terjadinya pelanggaran norma-norma sosial yang
dilakukan oleh para muda-mudi merupakan masalah terpenting bangsa ini dalam
rangka perbaikan sumber daya manusianya. Karena, ketika sebuah etika sosial
masyarakat tidak diindahkan lagi oleh kaum muda, maka laju lokomotif perbaikan
bangsa dan negara akan mengalami hambatan. Beberapa contoh pelanggaran norma
sosial yang terjadi diantaranya adalah:
Pertama, miras dan narkoba. Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25.000 mahasiswa. Karena itu, narkoba menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan agar jera, dan tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai pengguna narkoba. Para siswa penyalahgunaan narkoba tersebar di Jakarta-Utara sebanyak 248 orang dari 26 SMU, Jakarta-Pusat atau Jakpus (109) di 12 SMU, Jakarta-Barat atau Jakbar (167) di 32 SMU, Jakarta-Timur atau Jaktim (305) di 43 SMU dan Jakarta-Selatan atau Jaksel (186) di 40 SMU, (kompas, 05 Februari 2001). Belum lagi pada kota besar lainnya di Indonesia. Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan. Peredaran minuman keras (miras) dan narkobapun semakin hari semakin mengarah pada peningkatan yang siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari penggunaan kedua jenis barang di atas. Kurva peningkatan peredaran miras dan narkoba itu tidak terlepas dari dampak negatif semakin mengguritanya tempat-tempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir sudut kota-kota besar. Bahkan ironisnya, peredaran itu sekarang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, namun sudah merebah kepada anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur. Ada beberapa dampak negatif atau kerugian bagi pecandu miras dan narkoba.
Pertama, miras dan narkoba. Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya (narkoba), 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25.000 mahasiswa. Karena itu, narkoba menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bangsa. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan agar jera, dan tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai pengguna narkoba. Para siswa penyalahgunaan narkoba tersebar di Jakarta-Utara sebanyak 248 orang dari 26 SMU, Jakarta-Pusat atau Jakpus (109) di 12 SMU, Jakarta-Barat atau Jakbar (167) di 32 SMU, Jakarta-Timur atau Jaktim (305) di 43 SMU dan Jakarta-Selatan atau Jaksel (186) di 40 SMU, (kompas, 05 Februari 2001). Belum lagi pada kota besar lainnya di Indonesia. Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan. Peredaran minuman keras (miras) dan narkobapun semakin hari semakin mengarah pada peningkatan yang siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam beberapa media cetak dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari penggunaan kedua jenis barang di atas. Kurva peningkatan peredaran miras dan narkoba itu tidak terlepas dari dampak negatif semakin mengguritanya tempat-tempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir sudut kota-kota besar. Bahkan ironisnya, peredaran itu sekarang tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, namun sudah merebah kepada anak-anak yang dikategorikan masih di bawah umur. Ada beberapa dampak negatif atau kerugian bagi pecandu miras dan narkoba.
Kedua,
pergaulan bebas (pornografi dan pornoaksi). Seiring dengan derasnya arus
globalisasi, yang menjadikan dunia ini semakin sempit, maka di waktu yang sama
hal itu akan membawa sebuah konsekwensi; baik positif atapun negatif. Kita
tidak akan membicarakan mengenai konsekwensi positif dari globalisasi saat ini.
Karena hal itu tidak akan membahayakan rusaknya moral generasi muda. Namun yang
menjadi perhatian kita adalah efek atau dampak negatif yang dibawa oleh arus
globalisasi itu sendiri yang mengakibatkan merosotnya moral para remaja saat
ini. Diantara sekian banyak indikator akan rusaknya moral generasi suatu bangsa
adalah semakin legalnya tempat-tempat hiburan malam yang menjerumuskan anak
bangsa ke jurang hitam. Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era
sekarang ini, hubungan antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan
layaknya suami-isteri atas landasan cinta dan suka sama suka. Sebuah fenomena
yang sangat menyedihkan tentunya ketika prilaku semacam itu juga ikut
disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah istansi berbasis
agama. Namun itulah fenomena sosial yang harus kita hadapi di era yang semakin
bebas dan arus yang semakin global ini.
Disisi lain, perkembangan teknologi yang semakin canggih, akan semakin memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang di satu sisi tidak bisa dinafikan, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara. berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya.
Disisi lain, perkembangan teknologi yang semakin canggih, akan semakin memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi konsumsi publik yang dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah merebaknya situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pengguna internet. Memang di satu sisi tidak bisa dinafikan, bahwa internet memberikan kontribusi besar dalam perkembangan moral dan intelektual. Akan tetapi dalam waktu yang sama, internet juga dapat menghancurkan moral, intelektual dan mental generasi sebuah negara. berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya.
(Harian Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).
Ironisnya, ternyata dari kedua contoh pelanggaran
norma sosial yang dilakukan generasi muda hari ini, ternyata kedua hal tersebut
merupakan penyebab utama banyaknya kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu disebabkan
oleh heteroseksual atau hubungan seks bebas dan penggunaan narkoba suntik. Dari
data yang ada hampir 50 persen penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia
disebabkan oleh hubungan seks bebas dan 40,7 persen karena penyebaran melalui
jarum suntik. Sebenarnya,
remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri remaja
mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi remaja adalah pelaku
(subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa generasi muda diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas
atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara.
Pada sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena
kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, “penyelaman” akan
faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda
adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan
bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan
perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki remaja.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja diantaranya adalah
permasalahan yang ada di keluarga.Kerusakan moral pada remaja juga
tidak terlepas dari kondisi dan suasana keluarga. Keadaan keluarga yang carut-marut dapat
memberikan pengaruh yang sangat negatif bagi anak yang sedang/sudah menginjak
masa remaja. Karena, ketika mereka tidak merasakan ketenangan dan kedamaian
dalam lingkungan keluarganya sendiri, mereka akan mencarinya ditempat lain.
Sebagai contoh; pertengkaran antara ayah dan ibu yang terjadi, secara otomatis
akan memberikan pelajaran kekerasan kepada seorang anak. Bukan hanya itu,
kesibukan orang tua yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk mendidik
anak adalah juga merupakan faktor penyebab moral anaknya menjadi rusak dan
bahkan terjerumus dalam kenistaan.
Selain itu kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh dari warna lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Pepatah arab mengatakan "al insan ibnu biatihi". Lingkungan yang sudah penuh dengan tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang durjana. Persoalan pergaulan. Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman pergaulannya. Pepatah arab juga mengatakan, yang artinya: " Dekat penjual minyak wangi, akan ikut bau wangi, sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap".
b.Persoalan Pengaruh Media Masa
Selain itu kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh dari warna lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Pepatah arab mengatakan "al insan ibnu biatihi". Lingkungan yang sudah penuh dengan tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang durjana. Persoalan pergaulan. Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman pergaulannya. Pepatah arab juga mengatakan, yang artinya: " Dekat penjual minyak wangi, akan ikut bau wangi, sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap".
b.Persoalan Pengaruh Media Masa
Kita
tidak dapat menutup mata akan pengaruh media masa, cetak maupun elektronik,
dalam membentuk moralitas generasi bangsa ini. Media-media yang ada sekarang
ini tidak lagi membatasi diri dengan hanya menyajikan berita dan informasi
semata. Namun sayap media sekarang ini sudah semakin lebar dan tidak terbatas.
Tayangan-tayangan televisi yang semakin marak dengan tontonan yang sensual,
seakan sudah menjadi hal yang biasa tersaji setiap harinya. Hal itu juga
didukung dengan beberapa artikel di media cetak yang tidak jarang menyajikan
wacana menyoal masalah-masalah yang berbau pornografi dan kekerasan.
Rahimi Sabirin, Direktur Program Center for Moderate Muslim (CMM), dalam tulisannya menegaskan bahwa Indonesia lebih bebas dari negara yang selama ini dianggap bebas. Dia memaparkan bahwa negara seperti Inggris, Jerman, Italia dan Amerika Serikat memberlakukan peraturan yang ketat soal pornografi dan pornoaksi. Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara paling liberal di dunia memberlakukan Undang-Undang untuk memeriksa terlebih dahulu ID Card/KTP setiap orang yang hendak memasuki klab malam; apakah dia sudah cukup umur atau tidak. Di sana juga diatur secara tegas pornografi yang terdapat di media televisi dan media cetak. Majalah Playboy tidak bisa didapatkan anak-anak di bawah umur. Penayangan film yang berbau pornografi dan pornoaksi di televisi justru pada tengah malam. Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film diberi rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau film biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak. Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).
Beberapa data di atas walaupun merupakan data lama, semua merupakan secuil potret akan problematika kita sebagai generasi bangsa dari masa ke masa. Kehadiran beberapa problem di atas bukan hanya untuk diketahui dan diingat semata, namun harus segera dicari solusinya. Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh guna membentengi generasi muda dari dampak negatif arus globalisasi.
Rahimi Sabirin, Direktur Program Center for Moderate Muslim (CMM), dalam tulisannya menegaskan bahwa Indonesia lebih bebas dari negara yang selama ini dianggap bebas. Dia memaparkan bahwa negara seperti Inggris, Jerman, Italia dan Amerika Serikat memberlakukan peraturan yang ketat soal pornografi dan pornoaksi. Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara paling liberal di dunia memberlakukan Undang-Undang untuk memeriksa terlebih dahulu ID Card/KTP setiap orang yang hendak memasuki klab malam; apakah dia sudah cukup umur atau tidak. Di sana juga diatur secara tegas pornografi yang terdapat di media televisi dan media cetak. Majalah Playboy tidak bisa didapatkan anak-anak di bawah umur. Penayangan film yang berbau pornografi dan pornoaksi di televisi justru pada tengah malam. Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film diberi rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau film biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak. Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).
Beberapa data di atas walaupun merupakan data lama, semua merupakan secuil potret akan problematika kita sebagai generasi bangsa dari masa ke masa. Kehadiran beberapa problem di atas bukan hanya untuk diketahui dan diingat semata, namun harus segera dicari solusinya. Ada beberapa solusi yang dapat ditempuh guna membentengi generasi muda dari dampak negatif arus globalisasi.
2.8 Peran
Remaja dalam Upaya Pencegahan HIV/AIDS
Di
Indonesia kasus HIV /AIDS semakin
meningkat sejalan dengan kebiasaan hidup yang semakin maju dan
bebas, khususnya di kalangan remaja. Oleh karena itu, penanggulangan HIV/AIDS
saat ini adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh pemerintah, LSM, dan
komponen masyarakat pemerhati HIV/AIDS, bahkan remaja pun memiliki andil dalam
menanggulangi HIV/AIDS. Remaja menanggulangi HIV/AIDS dengan mecoba ikut serta
menjadi aktivis-aktivis anti HIV/AIDS atau melalui kegitan sosialisasi mengenai
bahaya HIV/AIDS.
Salah satu media untuk sosialisasi yang dilakukan oleh remaja adalah internet, karena di era globalisasi internet merupakan hal yang sangat penting dan telah menyebar luas dan mencakup seluruh kalangan sehinnga mudah untuk diakses. Banyak di antara remaja yang mensosialisasikan HIV/AIDS dengan memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter Remaja biasanya membuat sebuah forum atau page di Facebook yang berisi informasi-informasi mengenai bahaya HIV/AIDS dan membuat akun Twitter untuk membagikan nasihat-nasihat yang bermanfaat mengenai bahaya HIV/AIDS.
Sosialisasi juga dilakukan melalui website salahsatunya adalah aidsindonesia.or.id. Di website ini dapat ditemukan beberapa informasi yang lengkap seputar HIV/AIDS khususnya untuk Indonesia
Salah satu media untuk sosialisasi yang dilakukan oleh remaja adalah internet, karena di era globalisasi internet merupakan hal yang sangat penting dan telah menyebar luas dan mencakup seluruh kalangan sehinnga mudah untuk diakses. Banyak di antara remaja yang mensosialisasikan HIV/AIDS dengan memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter Remaja biasanya membuat sebuah forum atau page di Facebook yang berisi informasi-informasi mengenai bahaya HIV/AIDS dan membuat akun Twitter untuk membagikan nasihat-nasihat yang bermanfaat mengenai bahaya HIV/AIDS.
Sosialisasi juga dilakukan melalui website salahsatunya adalah aidsindonesia.or.id. Di website ini dapat ditemukan beberapa informasi yang lengkap seputar HIV/AIDS khususnya untuk Indonesia
Membentuk
komunitas-komunitas HIV/AIDS di dunia maya juga menjadi pilihan bagi remaja
dalam mensosialisasikan HIV/AIDS. Salah satu komunitas HIV/AIDS yang digagas
oleh remaja dan populer dikalangan remaja adalah Komunitas AIDS Indonesia.
komunitas ini memberikan informasi-informasi lengkap mengenai HIV/AIDS, selain
itu komunitas ini juga sering memberikan motivasi berupa kata-kata kepada ODHA,
serta layanan on line yang dikhususkan kepada ODHA agar bisa berinteraksi
dengan masyarakat lain yang tergabung dalam komunitas tersebut. Selain
melakukan kegiatan secara on line, komunitas ini melakukan kegiatan off line,
seperti kampanye HIV/AIDS, mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS, dan berinteraksi
dengan ODHA secara langsung. Tak jarang remaja juga bergerak secara individual
dengan membuat blog pribadi yang berisi berbagai macam informasi menarik
seputar HIV/AIDS.
Dalam mensosialisasikan HIV/AIDS khususnya melalui media jejaring sosial, website, blog maupun komunitas remaja tak hanya dapat memberikan informasi seputar HIV/AIDS, namun remaja dapat menggunakan prinsip Valliant, Cautious dan Thinking (VCT). Valliant atau berani, maksudnya masyarakat harus berani mengatakan tidak pada HIV/AIDS, agar tertanam dalam diri masyarakat bahwa HIV/AIDS itu merupakan hal yang harus dijauhi. Cautious atau berhati-hati maksudnya, masyarakat harus berhati-hati dalam bergaul sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Thinking atau berpikir, maksudnya masyarakat harus berpikir jernih sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ditangan remaja hari ini-lah letak kepemimpinan masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Bila remaja telah dihinggapi oleh penyakit mematikan seperti HIV/AIDS, maka pertanda generasi muda dalam jurang kehancuran. Para remaja ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan kemajuan sebuah negera. Makanya tidak heran, jika ada yang mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi kuat eksistensinya, ketika para remajanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.
Masa remaja merupakan masa perubahan menjadi dewasa. Pada masa ini setiap insan manusia masuk dalam ‘Golden Age’. Perubahan setiap remaja mampu mempengaruhi kehidupan pribadinya dan juga lingkungan sekitar. Setiap perubahan yang terjadi merupakan simbol bagaimana karakter mereka terbentuk dan nantinya pada masa-masa ini akan lahir generasi penerus bangsa yang beberapa tahun lagi akan melahirkan karya yang luar biasa.
Dalam mensosialisasikan HIV/AIDS khususnya melalui media jejaring sosial, website, blog maupun komunitas remaja tak hanya dapat memberikan informasi seputar HIV/AIDS, namun remaja dapat menggunakan prinsip Valliant, Cautious dan Thinking (VCT). Valliant atau berani, maksudnya masyarakat harus berani mengatakan tidak pada HIV/AIDS, agar tertanam dalam diri masyarakat bahwa HIV/AIDS itu merupakan hal yang harus dijauhi. Cautious atau berhati-hati maksudnya, masyarakat harus berhati-hati dalam bergaul sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Thinking atau berpikir, maksudnya masyarakat harus berpikir jernih sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu. Ditangan remaja hari ini-lah letak kepemimpinan masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Bila remaja telah dihinggapi oleh penyakit mematikan seperti HIV/AIDS, maka pertanda generasi muda dalam jurang kehancuran. Para remaja ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan kemajuan sebuah negera. Makanya tidak heran, jika ada yang mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi kuat eksistensinya, ketika para remajanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.
Masa remaja merupakan masa perubahan menjadi dewasa. Pada masa ini setiap insan manusia masuk dalam ‘Golden Age’. Perubahan setiap remaja mampu mempengaruhi kehidupan pribadinya dan juga lingkungan sekitar. Setiap perubahan yang terjadi merupakan simbol bagaimana karakter mereka terbentuk dan nantinya pada masa-masa ini akan lahir generasi penerus bangsa yang beberapa tahun lagi akan melahirkan karya yang luar biasa.
Perubahan
pada usia-usia remaja sangat diharapkan dapat melahirkan karya yang luar biasa
dan bermanfaat untuk manusia. Remaja diharapkan mampu menjadi ‘agent of change’ dalam problematika
yang menjadi topik khusus di lingkungan sekitar maupun di tempat lain yang
cakupannya luas. Pada era ,odern kemudahan dalam memperoleh informasi maupun
isu terkini harus mampu dipelajari dengan bijak oleh remaja sehingga dia mampu
turut serta atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang sifatnya untuk
kepentingan orang banyak , bangsa dan negara.
Pada
era modern ini problematika yang sedang menngeluti bangsa Indonesia salah
satunya HIV/AIDS. Data statistik Indonesia melaporkan bahwa jumlah penderita
HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari 2014 s.d 30 September 2014 adalah
22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS. Kasus ini meliputi laki-laki maupun perempuan
yang masih berada dalam usia produktif. Secara unum kasus-kasus semacam ini
memiliki resiko bertambah setiap tahunnya apabila faktor resiko yang berkaitan
dengan HIV/AIDS tidak ada pengurangan.
Peran
serta dari semua elemen baik itu dari pemerintahan maupun swasta sangat
diperlukan sebagai upaya preventif untuk menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS di
Indonesia. Selain
pemerintah membuat kebijakan dan program terkait untuk HIV dan AIDS, maka
masyarakat pun perlu dilatih bagaimana ikut mensukseskan program-program
tersebut sesuai dengan keahlian masing-masing. Hal ini pula yang perlu
ditekankan pada kelompok usia remaja. Selain sebagai agen perubahan untuk
bangsa, para remaja juga memiliki resiko akan terkena masalah tersebut jika
pengetahuan dan sikap mereka tidak terdidik dengan benar.Remaja yang mungkin
masuk dalam masalah tersebut karena awal yang coba-coba sehingga semakin lama
dia berada pada faktor resiko maka peluang untuk terjadinya HIV dan AIDS juga
sangat besar.
Pada
dasarnya ,remaja mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada
diri pemuda mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah
pelaku (subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana yang telah disebutkan bahwa remaja adalah agen perubahan yang diibaratkan
seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok, baik itu dalam ruang
lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, remaja adalah
sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus
HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang mendalam akan faktor yang
melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah
bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan
semangat dalam diri remaja itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan
secara maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka mencegah
HIV/AIDS.
Peran serta remaja dalam upaya
penanganan HIV dan AIDS seperti yang disebutkan diatas memang memiliki pengaruh
utama. Para remaja yang turut serta dalam kampanye masalah HIV dan AIDS akan
lebih memudahkan untuk penanganan masalah yang menyangkut kelompok usia remaja,
karena dengan itu akan lebih memudahkan dalam dukungan peer group. Beberapa
langkah yang dapat diambil oleh remaja dalam upaya dukungan terhadap pencegahan
HIV dan AIDS bisa dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi penguatan
internal diri dan juga penguatan eksternal diri.
Penguatan Internal diri pada remaja
yang dimaksud adalah penguatan tujuan dan fokus utama dalam menjalani masalah
tumbuh kembang remaja yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Penguatan
tersebut bisa dilakukan dengan jalan:
- Bergabung dalam organisasi
Bergabung
dalam kegiatan organisasi ini akan melahirkan pengalaman baru bagi remaja dalam
menatap dunia kedepan. Dengan waktu luang yang tersalurkan untuk organisasi
maka akan mengurangi resiko bagi mereka untuk melakukan tindakan yang dapat
memunculkan masalah HIV/AIDS misalnya pergaulan bebas dan lain sebagainya.
- Penguatan bidang rohani.
Sebagain
makhluk Tuhan yang lemah sepatutnya kita selalu giat dalam beribadah dan
mengabdi kepadaNYA. Dengan melakukan kegiatan agama atau ibadah secara rutin
maka dari dalam diri kita akan muncul rasa keimanan yang kuat dan keyakinan
yang tinggi. Keimanan yang kuat dan keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha
Esa akan menjadikan kita hamba yang takut jika melakukan perbuatan yang tak
terpuji sehingga dalam pergaulan sehari-hari kita akan mampu dengan mudah
memilih yang baik dan benar.
- Bergabung dengan kelompok belajar
Pada
kehidupan remaja tidak lepas kaitannya dengan dunia pendidikan. Dengan
bergabung pada kelompok belajar maka rutinitas yang kita jalani tidak akan
monoton dan selalu dapat teman baru untuk mengatasi setiap problem yang
terjadi. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat beberapa
masalah pergaulan bebas atau bahkan penggunaan narkoba adalah karena faktor
pelarian akibat tak sanggup menyelesaikan problem hidup yang terjadi. Jika
remaja berada dalam posisi pergaulan bebas tersebut maka tidak mustahil jika
suatu saat dia juga akan menjadi kelompok rentan terkena HIV dan AIDS. Maka
kehadiran kelompok belajar menjadi kegiatan yang berguna untuk penguatan
internal diri dan sebagai tempat berbagi atau tempat curhat masalah pendidikan
atau masalah pribadi lainnya.
Beberapa kegiatan di atas memang
merupakan hal yang dasar untuk menguatkan jiwa dan semangat remaja secara
internal, karena tidak mungkin seseorang akan berpartisipasi dalam upaya
pencegahan HIV/AIDS jika secara pribadi masih belum tertata. Oleh karena itu
remaja perlu meningkatkan kualitas diri dalam memanajemen diri dari pergaulan
yang tidak baik dan tidak benar.
Setelah tindakan tersebut atau
penguatan internal diri maka dalam upaya remaja untuk ikut serta program anti
HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan penguatan eksternal diri melalui:
- Ikut Program Kampanye HIV/AIDS
Remaja perlu
bergabung dalam organisasi yang bergerak dalam kampanye HIV dan AIDS seperti di
media sosial maupun badan khusus seperti menjadi duta Komisi Penanggulangan
AIDS. Dengan ikut serta dalam kegiatan tersebut maka wawasan tentang kebijakan
baru yang dibuat pemerintah akan mudah didapatkan dan juga upaya nyata atau
aksi dalam pencegahan HIV dan AIDS juga akan didapatkan sehingga menjadi upaya
bagi dirinya untuk berani menerapkan kegiatan preventif, protektif dan promotif
berkaitan denga HIV dan AIDS.
- Mencari pengetahuan tentang HIV dan AIDS.
Kemajuan
teknologi memudahkan kita untuk mencari informasi lebih banyak tentang HIV dan
AIDS. Para remaja yang hidup di era modern ini haruslah bijak dalam
memanfaatkan teknologi salah satunya untuk mencari pengetahuan yang positif.
Melalui situs-situs resmi pemerintah maupun media sosial lain seperti facebook
dan twitter juga perlu diarahkan ke dalam kegiatan positif seperti share dan
retweet di Twitter dan Facebook Aku Bangga Aku Tahu. Terlihat sepele
memang akan tetapi situs-situs tersebut menyajikan informasi tentang HIV dan
AIDS yang dapat kita baca dan kita bagikan untuk teman dunia maya kita sebagai
bentu upaya preventif menanggulangi HIV/AIDS.
- Aktif dalam iklan layanan masyarakat.
Kegiatan
yang mungkin dapat dilakukan sebagai upaya dukungan remaja terhadap kampanye
HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan pembuatan video layanan masyarakat. Secara
sederhana remaja bisa menampilkan bagaimana menjadi remaja seharusnya,
bagaimana menghindari pergaulan bebas dan sebagainya. Dengan kegiatan kreatif
seperti ini akan dapat mudah menyampaikan isi dan pesan moral tentang HIV dan
AIDS kepada masyarakat umum.
- Terlibat dalam Peer Group (Dukungan Teman Sebaya)
Dalam
kegiatan ini remaja diharapkan menjadi jembatan untuk remaja lain yang mungkin
mengalami masalah berhubungan dengan HIV dan AIDS. Dengan dukungan teman sebaya
maka akan lebih memudahkan dalam penanganan kenakalan remaja atau masalah
lainnya yang menjadi faktor resiko masalah HIV dan AIDS pada kelompok remaja.
Persamaan usia akan semakin memudahkan dalam penjelasan informasi juga
pengkajian masalah.
Dengan beberapa kegiatan dasar yang
dilakukan untuk penguatan eksternal diri tersebut, seorang remaja diharapkan
benar-benar menjadi agen perubahan yang sesuai dan diharapkan oleh bangsa.
Peran serta remaja dalam kampanye HIV dan AIDS akan memberi kemajuan baru dalam
upaya preventif mengingat dalam diri remaja sendiri ada semangat dan motivasi
yang kuat dalam memecahkan masalah yang terjadi disekitarnya. Dengan melibatkan
remaja tersebut juga akan menjadi kegiatan positif bagi mereka sehingga tidak
akan terjerumus dalam pergaulan bebas yang jika dilakukan terus menerus maka
tidak mustahil mereka pula yang akan menjadi korban dari HIV dan AIDS.
(Artikel Dedy Adi Irwanto)
III.PENUTUP
1.KESIMPULAN
Remaja
memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya pencegahan HIV /AIDS. Remaja
mempunyai peran strategis dalam mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda
mempunyai peran ganda dalam soal HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku
(subjek) dalam peran mencegah HIV/AIDS, sebagaimana
yang telah disebutkan bahwa remaja
adalah agen perubahan yang diibaratkan seperti ruh dalam setiap tubuh komunitas
atau kelompok, baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada
sisi lain, remaja adalah sasaran (objek) dari penginap HIV/AIDS, karena
kebanyakan penginap virus HIV/AIDS adalah remaja. Untuk itu, pengkajian yang
mendalam akan faktor yang melatarbelakangi terjadinya dekadensi moral pada
generasi muda adalah langkah bijak yang semestinya dilakukan. Dengan demikian,
diharapkan bisa menumbuhkan semangat dalam diri remaja itu sendiri guna
melakukan perubahan dan memainkan secara maksimal peran strategis yang dimiliki
pemuda dalam kerangka mencegah HIV/AIDS
2.SARAN
Sebagai
tokoh yang mempunyai peranan vital dalam upaya pencegahan HIV/AIDS hendaknya
remaja mampu mensosialisasikan ilmu pengetahuannya mengenai HIV/AIDS kepada
lingkungan masyarakat sekitar dan memperikan penyuluhan serta dukungan untuk
para ODHA yang ada di sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI.1997.AIDS dan Penanggulangannya (Ed. 3). Jakarta: PUSDILANKES & The
Ford Foundation
Hanwari, D.2009.Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi.Jakarta:FKUL
Nasronudin.2007.HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis & Sosial.Surabaya:Airlangga
University Press
Nursalam, Kurniawati, D, N.2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS.Jakarta:Salemba
Medika
Sunaryati, S. S.2011.14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan
Sangat Mematikan.Yogyakarta:FlashBook
www.
akubanggaakutahu.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar