Cari Blog Ini

Selasa, 03 Januari 2017

Turunan Alkana dalam (R)asa




Turunan Alkana dalam (R)asa
Oleh: Pety Rahmalina


Apa aku harus menjadi senyawa Alkanol (R—OH), seperti etanol (CH3-CH2-OH)  yang bisa dipakai untuk membersihkan luka dan mensterilkannya? Agar aku mampu membersihkan lara yang mendera jiwa sehingga takkan teinfeksi dan membuatnya semakin parah lagi. Jangan lupakan tentang luka-luka hati yang mungkin saja kian hitam—melebam karena pernah terbang terlalu tinggi lalu terhempas begitu saja, juga debu-debu kecil atau zat mikromolekul yang semakin membuatnya keruh, jenuh dan rentan terinfeksi.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Alkanol yang dapat digunakan untuk membersihkan luka? Entah lukamu, lukanya, atau justru lukaku sendiri.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Alkoksialkana (R—O—R’), seperti dietil eter/etoksi etana (C2H5-O-C2H5) sebagai salah satu zat anestesi? Agar semua rasa nyeri yang menguar di sekujur hati dengan luka ini tak dapat terasa lagi pedihnya. Jadi tak perlulah diri ini menjerit serta menangis pilu karena lara tak lagi terasa. Tak perlu juga ada teriakan-teriakan kesakitan dari setiap hati dan jiwa yang terluka.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Alkosialkana yang dapat meredakan atau bahkan menghilangkan rasa sakit, nyeri karena luka dan lara? Entah untuk nyeri yang kau rasa, kurasa, ataupun yang ia rasakan.

***
Apa aku harus  menjadi senyawa Aldehida (Alkanal), seperti formaldehida yang digunakan sebagai bahan dasar perekat (lem)? Agar mampu menyatukan setiap retakan, serpihan, serta potongan hati yang tak satu agar menyatu lagi atau setidaknya merekatkan setiap sisinya yang hancur—agar mampu menjadi sepotong hati yang baru walau sudah tak seperti dulu lagi. Jangan lupakan setiap benang yang terputus karena keegoisan, pintalan syal silaturahmi yang tak lagi terpintal karenanya. Apa tak bisa disambungkan, walau bukan dengan tujuan dan perasaan yang sama? Setidaknya hanya untuk menjaga ikatan baik antar sesama manusia.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Aldehida yang dapat merekatkan setiap retakan yang ada? Entah retakan milikmu, miliknya, atau milikku.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Keton (Alkanon), seperti aseton yang dapat digunakan sebagai pelarut. Sehingga aku dapat melarutkan setiap kebencian yang mungkin terselip dalam setiap pertemuan pada untaian doa yang mengangkasa. Setidaknya jika tak bisa terlarut sepenuhnya, rasa itu akan terkikis sedikit demi sedikit hingga tak sebesar rasa benci yang terasa sebelumnya.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Keton yang dapat melarutkan—setiap kerak-kerak kebencian yang entah kau rasa, dia rasa, ataupun kurasa.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Asam Alkanat, seperti asam asetat sebagai zat warna. Sehingga aku dapat memberikan sedikit warna di antara garis abu-abu yang ada. Membuatnya tak terlihat begitu kelabu dalam hal yang terlampau abstrak.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Asam Alkanat yang dapat memberikan sedikit warna dalam garis abu-abu yang entah milikmu, miliknya atau justru milikku sendiri?

***
Apa aku harus menjadi senyawa Ester (Akil Alkanat) seperti amil asetat, amil valerat, amil butirat, dan propil asetat yang dapat memberikan aroma sebagai penambah rasa agar tak hambar. Sehingga aku dapat memberikan sedikit rasa yang kurasakan agar semuanya tak terasa hambar, karena aku terlalu perasa dan tidak denganmu.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Ester yang dapat menambahmu, dia ataupun aku menjadi lebih perasa lagi.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Haloalkana, seperti CFC yang dapat menjadi pendingin ruangan. Sehingga kehadiranku dapat memberikan kesejukan.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Haloalkana yang dapat memberikan kesejukan untukmu, untuknya atau untukku sendiri. Ah tapi jangan kau pikir aku akan seperti CFC yang akan merusak lapisan ozon. Tentu saja aku tak ingin memiliki sifatnya yang merusak itu. Aku hanya ingin mendapatkan kesejukannya saja :D

***
Jadi, bagaimana? Aku harus seperti apa? Nyatanya jika aku terus berkata dan berteriak kepadamu tentang khayalanku yang mengaitkan turunan Alkana di dalamnya. Mungkin kau takkan pernah berkata ataupun menanggapi sesekata pun. Kau masihlah sosok imajiner yang kubangun dalam nyata. Entah kau ada pada jarak sejauh apa? Apakah jarak itu seperti bumi dan bulan atau hanya beberapa langkah saja untuk sampai padamu yang entah siapa. Nyatanya tak ada sesiapa detik ini—dalam ruang kecil yang kau sebut sepotong hati, aku masih terpekur sendiri. Jika kau merasa tulisanku sedikit tertuju padamu—entah kapanpun itu. Mungkin ini adalah sedikit kegilaan yang telah kubuat. Saat rasa dalam hatimu menghilangkan akalmu, sesuatu yang berbeda akan mengguncang dan meruntuhkan logikamu.