Cari Blog Ini

Senin, 05 Juni 2017

Untuk Indonesia


Untuk Indonesia
.
Kami bukanlah orang sempurna
Bukan jua orang tanpa cela
Kami hanya manusia biasa
Seorang yang mengabdi atas nama Indonesia
Kami bukan orang-orang yang berdiri di atas gelimangan harta
Bukan pula seorang yang berdiri dengan berbagai gelar dalam namanya
Kami putra-putri Indonesia
Yang berdiri di atas keikhlasan untuk mengokohkan pancasila
Menyatukan asa kami
Dalam abdi nan hakiki
Dalam jiwa yang menghamba
Dalam simpul kesadaran yang menghadirkan pendar sempurna
Kami adalah orang-orang yang percaya
Pancasila rumah kita
Menghimpun semua suku bangsa atas nama Indonesia
Kami bukanlah orang-orang yang terlahir hebat
Tapi kami percaya
Kami dan kalian adalah Maha Karya Tuhan yang luar biasa
Untuk Indonesia jaya
Kami memang tak berperang
Namun kami akan berjuang
Kami tak dapat serta merta bersumpah
Segala sumpah serapah
Tapi kami takkan jadikan kata-kata kami selaksa sampah
Satukan asa
Satukan jiwa
Bantu kami
Wahai pemuda negeri
Dalam beda yang menerjang
Percayalah satu pandu bukan kepalang
Kami, kau, kalian, dia, mereka--kita
Kita untuk Indonesia
.
Yogjakarta, 10 Agustus 2015
Oleh: Pety Rahmalina
*Postingan lama saat di acara Pancasila Rumah Kita beberapa tahun lalu :O
#Jogjaberkarakter #Pancasila #Rumah #Kita #Untuk #Indonesia #PKBG2 #G2 #HariPancasila #sukuasmart02

Stabil Bersama atau Tanpa mu?



"Sebuah tempat yang takkan bisa kusentuh. Sebuah refleksi yang ternyata bukan dia."
Intuisiku berkata untuk tidak mengetuk pintu hatimu lagi. Karena takkan kutemui rangkaian (r)asa yang pernah kuciptakan dalam nyata.
Tap, tap, tap... Aku menghitung mundur. Mencoba untuk pergi, tetapi sialnya aku masih saja berjalan di tempat yang sama. Kau tahu bahwasanya aku hanya bisa mengenang, karena kau pernah menjadi sebuah energi untukku. Kau tahu energi itu tak bisa diciptakan atau dimusnahkan.
Maka usai segalanya berakhir, tak perlulah kita saling memusnahkan. Cukuplah kita berubah menjadi energi dalam bentuk yang lainnya, barangkali dalam senyawa berbeda untuk membentuk kestalbilan bersama.
.
.
Yogyakarta, 3 Juni 2017
Oleh: Pety Rahmalina
#Kim #Senyawa #Energi #QOTD #Luuvy #PetyRahmalina #NoBaper
*Kangen trio wek-wek Fisbi Kim (Fisika Biologi Kimia)

Tuhan Maha Romantis




Tuhan Maha Romantis, Dia mengirim rahmat di bulan Ramadhan dengan gerimis. Ah, jangan lupakan juga tentang hujan di bulan Juni yang kian menambah indah romansa hari ini. Hujan menitipkan cintanya pada pohon berbunga itu, sedang aku menitipkannya pada doa-doa senyap yang mengangkasa--menembus ruang hampa udara, karena doa akan sampai kemana saja. Kau tahu barangkali doa yang terpanjat mengalahkan teori bahwa bunyi tak dapat merambat di ruang hampa udara? Nyatanya dalam bentuk paket-paket apapun itu jika doa ini tak sampai padamu, maka ia tetap akan sampai padaNya Yang Maha Maha untuk disimpan dan diwujudkan dalam rencana terbaikNya.
.
Yogyakarta, 2 Juni 2017
Oleh: Pety Rahmalina

Rabu, 26 April 2017

Teka-Teki Hujan


 Teka-Teki Hujan
Oleh: Pety Rahmalina

Aku belum bisa menjawab teka-teki tentang hujan sepenuhnya. Dalam sunyi yang mendera, dalam sendiri yang dihadirkan olehnya, juga tentang genangan-genangan yang membuatku teringat akan kisah masa lampau. Hujan begitu memukau bagi pecintanya, hingga ia rela menghabiskan waktu untuk menghadap ke jendela. Menghitung hujan--menghitung setiap tetesan air yang menjatuhkan diri menuju bumi, sendirian. Dalam cinta yang tak terhingga, kau tiada, kau tak pernah ada. Dalam rintik hujan yang menari di luar sana. Aku mengatakan ke-iri-an-ku padanya. "Aku sendiri, sedang kau (hujan)datang tak sendiri."
.
.
Yogyakarta, 24 April 2017
#Rain #PetyRahmalina #Hujan #Sendiri #Teka #Teki #Luuvy #MatahariSenja

Pilihan


Bukan dia yang tak kujadikan sebuah pilihan, namun lebih kepada aku yang tak yakin akan menjadi sebuah pilihan untuknya.
Hingga pilihanku jatuh padamu. Namun akankah kau menjadikanku sebuah pilihan juga? Seperti dia, banyak sekali yang memperjuangkanmu, barangkali aku hanyalah satu dari sekian ribu yang ada. Mempersembahkan yang terbaik itulah yang sekiranya dapat ku usahakan. Meski kutahu terbaik menurutku barangkali tidak sama dengan arti terbaik menurutmu. Akankah takdir baik memilihku dari ribuan terbaik sehingga aku bisa menggapaimu?
Aku tidak tahu, yang jelas kan kupersiapkan keikhlasanku jika nanti kau patahkan perjuanganku.

Kamis, 09 Februari 2017

Find You
Oleh: Pety Rahmalina


Saat ini mungkin aku ataupun kamu masih mencari-cari. Tak tahu sesiapa yang dicari ataupun kemana pergi langkah kaki? Barangkali aku dan kamu, seorang penanti. Entah berapa lama dan sesiapa yang akan berjumpa dengan diri. Barangkali kau sempat singgah di lain hati. Tapi entahlah mungkin pula sepertiku--harimu hanya berteman sepi.
.
Saat hampa kian mendera, dan hati menjadi abu-abu. Aku selalu bertanya, bagaimana cara menautkan (r)asa pada ranting hati? Tapi sedetik kemudian kamu seakan ada dan berkata, "Akan selalu ada cara untuk mendapatkan ci(n)ta. Tak tau bagaimana caranya tapi Dia sudah mengaturnya."
.
Lalu kau menaburkan hujan dalam cahaya matahari yang bias(a)nya menghadirkan pelangi. Lantas dengan kecepatan cahaya kau pergi dan meyakinkanku bahwa kau masihlah sebuah imaji. Entah bagaimana aku berpikir kesendirianku adalah cara untuk memperbaiki diri. Untuk saat ini mungkin masih menjauh untuk menjaga seperti bulan dan bumi. Seseorang apakah kamu mengerti?
.
#Kutipankeren #Quotes #PetyRahmalina #Story #You #Alone #Now #Find #rahmalinablog

Sejarah (Kamu)

SEJARAH (KAMU)


Lagi-lagi kamu yang menemani saat rinai hujan jatuh ke bumi. Kau sudah memaksaku untuk mengenyahkan rasa jenuh yang katanya membuat suasana kian keruh. Tapi, kukira kau tampil dengan sosok yang berbeda saat ini. Bukan rumus ataupun analisis yang kau hadirkan dalam dirimu. Jauh dari itu semua, kau ingin aku menyelami kisah-kisah tempo dulu. Dulu untuk sekarang, benarkah? Tapi kisah yang kutelisik denganmu belum menyeluruh, sedang aku sudah runtuh dan waktu kian luruh.
.
#Sejarah #TryOut #USBN #Prepare
#Gws #Sick #Poor #Hwaiting

Selasa, 03 Januari 2017

Turunan Alkana dalam (R)asa




Turunan Alkana dalam (R)asa
Oleh: Pety Rahmalina


Apa aku harus menjadi senyawa Alkanol (R—OH), seperti etanol (CH3-CH2-OH)  yang bisa dipakai untuk membersihkan luka dan mensterilkannya? Agar aku mampu membersihkan lara yang mendera jiwa sehingga takkan teinfeksi dan membuatnya semakin parah lagi. Jangan lupakan tentang luka-luka hati yang mungkin saja kian hitam—melebam karena pernah terbang terlalu tinggi lalu terhempas begitu saja, juga debu-debu kecil atau zat mikromolekul yang semakin membuatnya keruh, jenuh dan rentan terinfeksi.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Alkanol yang dapat digunakan untuk membersihkan luka? Entah lukamu, lukanya, atau justru lukaku sendiri.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Alkoksialkana (R—O—R’), seperti dietil eter/etoksi etana (C2H5-O-C2H5) sebagai salah satu zat anestesi? Agar semua rasa nyeri yang menguar di sekujur hati dengan luka ini tak dapat terasa lagi pedihnya. Jadi tak perlulah diri ini menjerit serta menangis pilu karena lara tak lagi terasa. Tak perlu juga ada teriakan-teriakan kesakitan dari setiap hati dan jiwa yang terluka.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Alkosialkana yang dapat meredakan atau bahkan menghilangkan rasa sakit, nyeri karena luka dan lara? Entah untuk nyeri yang kau rasa, kurasa, ataupun yang ia rasakan.

***
Apa aku harus  menjadi senyawa Aldehida (Alkanal), seperti formaldehida yang digunakan sebagai bahan dasar perekat (lem)? Agar mampu menyatukan setiap retakan, serpihan, serta potongan hati yang tak satu agar menyatu lagi atau setidaknya merekatkan setiap sisinya yang hancur—agar mampu menjadi sepotong hati yang baru walau sudah tak seperti dulu lagi. Jangan lupakan setiap benang yang terputus karena keegoisan, pintalan syal silaturahmi yang tak lagi terpintal karenanya. Apa tak bisa disambungkan, walau bukan dengan tujuan dan perasaan yang sama? Setidaknya hanya untuk menjaga ikatan baik antar sesama manusia.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Aldehida yang dapat merekatkan setiap retakan yang ada? Entah retakan milikmu, miliknya, atau milikku.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Keton (Alkanon), seperti aseton yang dapat digunakan sebagai pelarut. Sehingga aku dapat melarutkan setiap kebencian yang mungkin terselip dalam setiap pertemuan pada untaian doa yang mengangkasa. Setidaknya jika tak bisa terlarut sepenuhnya, rasa itu akan terkikis sedikit demi sedikit hingga tak sebesar rasa benci yang terasa sebelumnya.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Keton yang dapat melarutkan—setiap kerak-kerak kebencian yang entah kau rasa, dia rasa, ataupun kurasa.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Asam Alkanat, seperti asam asetat sebagai zat warna. Sehingga aku dapat memberikan sedikit warna di antara garis abu-abu yang ada. Membuatnya tak terlihat begitu kelabu dalam hal yang terlampau abstrak.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Asam Alkanat yang dapat memberikan sedikit warna dalam garis abu-abu yang entah milikmu, miliknya atau justru milikku sendiri?

***
Apa aku harus menjadi senyawa Ester (Akil Alkanat) seperti amil asetat, amil valerat, amil butirat, dan propil asetat yang dapat memberikan aroma sebagai penambah rasa agar tak hambar. Sehingga aku dapat memberikan sedikit rasa yang kurasakan agar semuanya tak terasa hambar, karena aku terlalu perasa dan tidak denganmu.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Ester yang dapat menambahmu, dia ataupun aku menjadi lebih perasa lagi.

***
Apa aku harus menjadi senyawa Haloalkana, seperti CFC yang dapat menjadi pendingin ruangan. Sehingga kehadiranku dapat memberikan kesejukan.
Katakan! Apa aku harus menjadi senyawa Haloalkana yang dapat memberikan kesejukan untukmu, untuknya atau untukku sendiri. Ah tapi jangan kau pikir aku akan seperti CFC yang akan merusak lapisan ozon. Tentu saja aku tak ingin memiliki sifatnya yang merusak itu. Aku hanya ingin mendapatkan kesejukannya saja :D

***
Jadi, bagaimana? Aku harus seperti apa? Nyatanya jika aku terus berkata dan berteriak kepadamu tentang khayalanku yang mengaitkan turunan Alkana di dalamnya. Mungkin kau takkan pernah berkata ataupun menanggapi sesekata pun. Kau masihlah sosok imajiner yang kubangun dalam nyata. Entah kau ada pada jarak sejauh apa? Apakah jarak itu seperti bumi dan bulan atau hanya beberapa langkah saja untuk sampai padamu yang entah siapa. Nyatanya tak ada sesiapa detik ini—dalam ruang kecil yang kau sebut sepotong hati, aku masih terpekur sendiri. Jika kau merasa tulisanku sedikit tertuju padamu—entah kapanpun itu. Mungkin ini adalah sedikit kegilaan yang telah kubuat. Saat rasa dalam hatimu menghilangkan akalmu, sesuatu yang berbeda akan mengguncang dan meruntuhkan logikamu.